Konstruktivisme adalah
salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri. Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya
tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain.
Karli (2003), menyatakan
bahwa konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali
dengan terjadinya konflik kognitif yang hanya dapat diatasi melalui pengetahuan
diri dan pada akhir proses belajar pengetahuan akan dibangun oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran
konstruktif juga membantu siswa dalam memahami konsep suatu materi pelajaran
melalui learning by doing, sehingga
diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan melekat dalam benak siswa. Jika kita
pahami kaitan antara belajar dengan otak manusia, bahwa:
1. Otak merupakan parallel processor, yang berarti bahwa
otak melakukan berbagai hal dalam waktu yang sama
2.
Proses belajar (yang dilakukan oleh otak) mempengaruhi
seluruh bagian tubuh lainnya.
3. Otak selalu mencari hal-hal yang memiliki makna, dan
secara otomatis akan bereaksi terhadap informasi yang datang.
4.
Otak selalu berusaha untuk membedakan dan memahami
kejadian yang ada. Apabila dirasa tidak bermakna, maka otak tidak akan
memprosesnya.
5.
Kegiatan belajar (yang dilakukan oleh otak) sangat
dipengaruhi oleh emosi atau perasaan.
Menurut Siroj pembelajaran
yang konstruktivisme memiliki ciri
yaitu,
1. Menyediakan pengalaman belajar dengan
mengkaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga
belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
2.
Menyediakan berbagai alternatif
pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu
masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan
situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit,
misalnya untuk memahami suatu konsep melalui kenyataan kehidupan sehari-hari
4. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga
memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja
sama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi
dan kerjasama antara siswa, guru, dan siswa-siswa
5. Memanfaatkan berbagai media termasuk
komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif
6.
Melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga menjadi menarik dan siswa mau belajar.
Tujuan
dari teori belajar konstruktivisme
1.
Adanya motivasi
untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengejutkanpertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3.
Membantu siswa
untuk mengembangkan pengertian daan pemahaman konsep secara lengkap.
4.
Mengembangkan
kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5.
Lebih menekankan
pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal
constructivism). Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan
dimilikinya schemata skema bagaimana seseorang mengenal dunia dalam saat
"tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak menerima cara
baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi. Pengetahuan
tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.
Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
1. Schemata adalah
suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena proses
asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.
2. Asimilasi adalah
proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu yang
dikenal oleh siswa
3. Akomodasi adalah
penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata yang sudah ada
4. Equilibrium
(keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap
lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau
schemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
Teori Konstruktivisme vigotsky berasumsi bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik.
Penemuan atau discovery dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks
sosial budaya seseorang. Siswa mempunyai dua tingkat perkembangan,perkembangan
aktual dan potensial (Rustaman, 2009)
Bahwa
pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori
yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar
bukan ditransfer ke pembelajar.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
• Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan
• Memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang dimiliki siswa
• Memberi
siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya
• Memberi
kesempatan pada siswa untuk mencoba hal baru
• Memberikan
lingkungan belajar yang kondusif yang
mendukung siswa mnegungkapkan untuk siswa
Kekurangan
•
Siswa mengkonstruksi pengetahunnya
sendiri
•
Menanamkan agar siswa membangun
pengetahuannya sendiri
•
Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak
sama
0 komentar:
Posting Komentar