Teori Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Minggu, 05 Februari 2017


Teori belajar behavioristik menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Behavioristik memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi sampai perilaku tersebut menjadi membudaya. Teori behavioristik mengkonsentrasikan pada kajian tentang perilaku nyata yang bisa diteliti dan diukur.
Menurut teori ini yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Sebagai contoh stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Maka dari itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons), semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Terdapat beberapa tokoh dalam aliran behavioristik diantaranya,
1.        Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Menurut Bell (1991) dalam Teori Thorndike terdapat 3 tiga hukum belajar yang utama, yakni hukum efek, hukum latihan dan hukum kesiapan.
2.        Teori Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
3.        Teori Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
4.        Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
5.        Teori Belajar Menurut Skinner
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi- konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000).

Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.  Pembelajran yang dirancang dan dilaksanakan pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.  Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar.
Menurut Siciati dan Prasetya Irawan (2001), secara umum langkah-langkah pembelajaran yang berpijak pada teori behavioristik dapat digunakan dalam merancang pembelajaran. Langkah-langkah tersebut meliputi:
1.                   1.   Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
  1. Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry behavior) siswa. 
  2. Menentukan materi pelajaran.
  3. Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil , meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb.
  4. Menyajikan materi pelajaran.
  5. Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas. 
  6. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa. 
  7. Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
  8. Memberikan stimulus baru.
  9. Mengamati dan mengkaji respons yang yang diberikan siswa. 
  10. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman. 
  11. Demikian seterusnya. 
  12. Evaluasi hasil belajar.
                                     

0 komentar:

Posting Komentar