Teori belajar behavioristik
menjelaskan bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur
dan dinilai secara konkret. Behavioristik memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku
baru yang diulangi sampai perilaku tersebut menjadi membudaya. Teori
behavioristik mengkonsentrasikan pada kajian tentang perilaku nyata yang bisa
diteliti dan diukur.
Menurut
teori ini yang terpenting adalah input
yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Sebagai contoh stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi atau
tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut
teori behavioristik, apa yang terjadi di antara stimulus dan respon dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respon. Maka dari itu, apa saja yang
diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons),
semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Terdapat
beberapa tokoh dalam aliran behavioristik diantaranya,
1.
Teori
Belajar Menurut Thorndike
Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Meskipun
aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
Teori Thorndike disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000). Menurut
Bell (1991) dalam Teori Thorndike terdapat 3 tiga hukum belajar yang utama,
yakni hukum efek, hukum latihan dan hukum kesiapan.
2.
Teori
Belajar Menurut Watson
Watson mendefinisikan belajar
sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon
yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun
dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak
perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
3.
Teori
Belajar Menurut Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan
variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar.
Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis
(drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir
selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul
mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam
teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).
4.
Teori
Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama
adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu
gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang
sama (Bell, Gredler, 1991). Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak
hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
5.
Teori
Belajar Menurut Skinner
Menurut Skinner hubungan antara
stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang
kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang diterima seseorang
tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi- konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku
(Slavin, 2000).
Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajran yang dirancang dan dilaksanakan pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
ke orang yang belajar.
Menurut Siciati
dan Prasetya Irawan (2001), secara umum langkah-langkah pembelajaran yang
berpijak pada teori behavioristik dapat digunakan dalam merancang pembelajaran.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. 1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
- Menganalisis lingkungan kelas
yang ada saat ini termasuk mengidentifikasi pengetahuan awal (entry
behavior) siswa.
- Menentukan materi pelajaran.
- Memecah materi pelajaran menjadi bagian
kecil-kecil , meliputi pokok bahasan, sub pokok bahasan, topik, dsb.
- Menyajikan materi pelajaran.
- Memberikan stimulus, dapat berupa: pertanyaan
baik lisan maupun tertulis, tes/kuis, latihan, atau tugas-tugas.
- Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan
siswa.
- Memberikan penguatan/reinforcement (mungkin
penguatan positif ataupun penguatan negatif), ataupun hukuman.
- Memberikan stimulus baru.
- Mengamati dan mengkaji respons yang yang
diberikan siswa.
- Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman.
- Demikian seterusnya.
- Evaluasi hasil belajar.
0 komentar:
Posting Komentar