Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

Rabu, 19 April 2017


Para peserta didik mengalami permasalahan besar yaitu belum bisa menghubungkan antara apa yang dipelajari dan cara menggunakan  pengetahuan itu. Hal ini terjadi karena cara peserta didik memperoleh informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Oleh karena itu perlu suatu metode yang bisa memberi solusi untuk masalah ini. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk peserta didik adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning / CTL)
Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks) ”. Pendekatan Kontekstual Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripadahasil (Trianto, 2008).

Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Johnson dalam Nurhadi (2003 : 13), terdapat 8 komponen yang menjadi karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, diantaranya:
1.      Making meaningfull connection
2.      Doing significant work
3.      Self-regulated learning
4.      Collaborating
5.      Critical and creative thinking
6.      Nurturing the individual
7.      Reaching high standard
8.      Using authentic assessment

 Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual
a)            Kontruktivisme (contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir  pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak seakan-akan.
b)           Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis CTL.
c)            Bertanya (questioning)
Dengan bertanya menunjukan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari. Dari bertanya dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d)           Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar (learning community) ialah hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
e)            Pemodelan (modeling)
Pemodelan disini adalah dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru oleh para peserta didik. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar, namun pada metode kontekstual guru bukanlah satu-satunya model, karena model dapat juga didatangkan dari luar untuk kemudian dihadirkan di kelas
f)            Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi dilakukan ketika pelajaran berakhir, siswa merenung tentang kesalahannya dalam belajar, yang baru dia ketahui setelah mendapatkan pengetahuan baru tentang hal itu, dan kemudian ia memperbaiki kesalahannya itu.
g)           Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar perlu diketahui oleh guru agar bisa mengetahui bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.

Agar peserta didik terangsang menjadi lebih progresif dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan di kehidupan nyata, maka perlu ada strategi dan pendekatan belajar yang lebih releva. Menurut  Khaerudin (2007), strategi yang digunakan adalah
1.      Pembelajaran Berbasis Problematik
Sebelum memulai pembelajaran di kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian peserta didik diminta untuk mencatat problem-problem yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah merangsang peserta didik untuk berpikir kritis untuk memecahkan problem dan selanjutnya mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan perspektif yang berbeda di antara mereka
2.      Memanfaatkan lingkungan peserta didik untuk memperoleh kegiatan pembelajaran
Guru memberikan penugasan yang dapat dilaksanakan di berbagai konteks lingkungan peserta didik di antara lain madrasah atau sekolah, keluarga dan masyarakat dimana mereka bermain dan bermasyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Misalnya peserta didik keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan wawancara. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktifitas belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3.      Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan peserta didik sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.
4.      Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta didik dituntut untuk mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya peserta didik harus memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi, menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh. Model pembelajaran kontekstual harus terlebih dahulu melakukan uji coba, menyediakan waktu yang cukup dan melakukan refleksi, serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5.      Membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Madrasah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua peserta didik yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung di mana peserta didik dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu kerja sama juga dapat dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman kerja.
6.      Menerapkan penilaian autentik
Penilaian autentik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.  Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk menunjukkan apa yang mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi dan laporan tertulis.

Keuntungan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL)
1   .      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
2    .       Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada seorang siswa, karena metode pembalajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami”  bukan “menghapal”.


0 komentar:

Posting Komentar