Para
peserta didik mengalami permasalahan besar yaitu belum bisa menghubungkan
antara apa yang dipelajari dan cara menggunakan pengetahuan itu. Hal ini terjadi karena cara
peserta didik memperoleh informasi dan motivasi diri belum tersentuh oleh
metode yang betul-betul bisa membantu mereka. Oleh karena itu perlu suatu
metode yang bisa memberi solusi untuk masalah ini. Salah satu metode yang bisa digunakan
untuk peserta didik adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning / CTL)
Kata kontekstual
(contextual) berasal dari kata context yang berarti ”hubungan,
konteks, suasana dan keadaan (konteks) ”. Pendekatan Kontekstual Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna bagi
siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripadahasil (Trianto, 2008).
Karakteristik
Pembelajaran Kontekstual
Menurut
Johnson dalam Nurhadi (2003 : 13), terdapat 8 komponen yang menjadi
karakteristik dalam pembelajaran kontekstual, diantaranya:
1.
Making
meaningfull connection
2. Doing significant work
3. Self-regulated learning
4. Collaborating
5. Critical and creative thinking
6. Nurturing the individual
7. Reaching high standard
8.
Using
authentic assessment
Komponen-Komponen Pembelajaran Kontekstual
a)
Kontruktivisme (contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak seakan-akan.
b)
Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan berbasis CTL.
c)
Bertanya (questioning)
Dengan bertanya menunjukan ada perhatian terhadap materi yang dipelajari.
Dari bertanya dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
d)
Masyarakat
Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar (learning community) ialah hasil
pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.
e)
Pemodelan (modeling)
Pemodelan disini adalah dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang
bisa ditiru oleh para peserta didik. Guru memberi model tentang bagaimana cara
belajar, namun pada metode kontekstual guru bukanlah satu-satunya model, karena
model dapat juga didatangkan dari luar untuk kemudian dihadirkan di kelas
f)
Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima. Refleksi dilakukan ketika pelajaran berakhir, siswa
merenung tentang kesalahannya dalam belajar, yang baru dia ketahui setelah
mendapatkan pengetahuan baru tentang hal itu, dan kemudian ia memperbaiki
kesalahannya itu.
g)
Penilaian yang
sebenarnya (authentic assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan
perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar perlu diketahui oleh
guru agar bisa mengetahui bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan
benar.
Agar peserta didik terangsang
menjadi lebih progresif dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan di
kehidupan nyata, maka perlu ada strategi dan pendekatan belajar yang lebih
releva. Menurut Khaerudin (2007), strategi yang digunakan adalah
1. Pembelajaran Berbasis Problematik
Sebelum
memulai pembelajaran di kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk
mengobservasi suatu fenomena. Kemudian peserta didik diminta untuk mencatat
problem-problem yang muncul. Setelah itu tugas guru adalah merangsang peserta
didik untuk berpikir kritis untuk memecahkan problem dan selanjutnya
mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi dan mendengarkan
perspektif yang berbeda di antara mereka
2. Memanfaatkan lingkungan peserta didik
untuk memperoleh kegiatan pembelajaran
Guru
memberikan penugasan yang dapat dilaksanakan di berbagai konteks lingkungan
peserta didik di antara lain madrasah atau sekolah, keluarga dan masyarakat
dimana mereka bermain dan bermasyarakat. Penugasan yang diberikan oleh guru
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar di luar kelas. Misalnya
peserta didik keluar dari ruang kelas dan berinteraksi langsung untuk melakukan
wawancara. Peserta didik diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung
tentang apa yang sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktifitas
belajar yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka mencapai penguasaan
standar kompetensi, kemampuan dasar dan materi pembelajaran.
3. Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas
belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan
interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok
terdiri dari tiga, lima maupun delapan peserta didik sesuai dengan tingkat
kesulitan penugasan.
4. Membuat aktivitas belajar mandiri
Peserta
didik dituntut untuk mampu mencari, menganalisis dan menggunakan informasi
dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Supaya dapat melakukannya
peserta didik harus memperhatikan bagaimana mereka memproses informasi,
menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh. Model pembelajaran kontekstual
harus terlebih dahulu melakukan uji coba, menyediakan waktu yang cukup dan
melakukan refleksi, serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat
melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).
5. Membuat aktivitas belajar bekerja
sama dengan masyarakat
Madrasah
dapat melakukan kerja sama dengan orang tua peserta didik yang memiliki
keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna
memberikan pengalaman belajar secara langsung di mana peserta didik dapat
termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu kerja sama juga dapat
dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan pengalaman
kerja.
6. Menerapkan penilaian autentik
Penilaian
autentik dapat membantu peserta didik untuk menerapkan informasi akademik dan
kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.
Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi peserta didik untuk
menunjukkan apa yang mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun
penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio, tugas kelompok,
demonstrasi dan laporan tertulis.
Keuntungan Pendekatan Contextual Teaching And Learning
(CTL)
1 .
Pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan riil, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata.
2 . Pembelajaran
lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada seorang siswa,
karena metode pembalajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang
siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “ mengalami” bukan
“menghapal”.
0 komentar:
Posting Komentar